Cinta Damai Sejak Dini

Semua orang sepakat, mengajarkan sebuah fondasi pendidikan itu yang paling tepat sejak usia dini. Apa yang kita berikan kepada anak-anak sejak kecil, itulah yang akan digunakan si anak kelak ketika dewasa.

Ketika anak sudah diajarkan toleransi sejak dini, tentu ketika besar akan menjadi pribadi yang toleran terhadap keberagaman. Sebaliknya, ketika diajarkan kebencian sejak dini, dia akan tumbuh sebagai generasi yang pembenci dan mudah marah terhadap apa saja yang dianggap berbeda.

Menanamkan pendidikan karakter menjadi kunci bagi generasi penerus bangsa. Anak harus tahu bagaimana karakter masyarakatnya, bagaimana karakter bangsanya dan bagaimana cara bertutur dan berperilaku dalam menyikapi sebuah persoalan.

Anak juga harus mau dan mampu menghormati yang tua dengan sepenuh hati. Karena itulah sopan santun yang diajarkan para generasi-generasi sebelumnya. NIlai-nilai kearifan lokal itu harus terus ditanamkan pada setiap anak-anak Indonesia, agar mereka tidak lupa akan sejarah dan budaya bangsanya.

Jika anak-anak memahami sejarah dan budaya bangsanya, diharapkan anak-anak bisa menjadi pribadi yang tetap menjunjung tinggi perdamaian. Kenapa hal ini penting? Karena provokasi radikalisme yang ada di dunia maya terus menyasar anak-anak. Bahkan provokasi itu juga terus menyebar ke dunia nyata.

Dulu sempat ditemukan buku-buku bacaan anak-anak di level PAUD, yang berisi ajaran tentang jihad dengan cara bom bunuh diri. Lalu kemudian juga sempat muncul anak-anak Indonesia yang diajak ke Syria, bergabung dengan kelompok teroris ISIS. Munculnya anak-anak yang terpapar radikalisme ini, tentu tidak bisa dilepaskan dari peran orang tuanya.

Biasanya, orang tua sudah terpapar dan mengajak anak-anaknya ikut serta, seperti yang terjadi pada pelaku peledakan bom bunuh diri di Surabaya beberapa bulan lalu.

Karena anak-anak mempunyai memori yang kuat, maka harus dijauhkan dari hal-hal yang identik dengan radikalisme dan terorisme. Namun karnaval kebudayaan yang terjadi di Probolinggo, Jawa Timur dalam rangka memperingati hari kemerdekaan bulan lalu membuat semua orang terkejut.

Bagaimana tidak, ketika sebagian anak mengenakan baju adat daerah, sekelompok anak-anak TK di daerah tersebut justru menggunakan pakaian serba hitam lengkap dengan cadar untuk menutupi wajahnya. Lebih mengejutkan lagi, anak-anak itu juga memanggul senjata mainan laras panjang.

Jika melihat pakaian serba hitam dengan senjata tersebut, perhatian publik tentu akan langsung tertuju pada ISIS. Dan seperti kita tahu, dalam sejarah kemunculan ISIS, mereka selalu menebar teror dimana saja. Pertanyaannya, apa maksud anak-anak kecil itu mengenakan pakaian yang identik dengan ISIS?

Anak cenderung suka meniru apa yang diberikan orang tua. Jika dari kecil sudah dikenalkan dengan atribut ISIS, tidak menutup kemungkinan kelak mereka juga akan meniru segala hal yang terkait dengan ISIS. Mari kita kenalkan bibit cinta damai sejak dini.

Tanamkan nilai-nilai kearifan lokal. Jika bersalah maka harus mau dan berani meminta maaf dan mengakui atas kesalahannya. Jika mempunyai kelebihan, ajarkan anak-anak berbagi antar sesama.

Jika berbicara, ajarkan anak-anak untuk saling menghormati dan tidak suka menyalahkan teman sepermainan. Memang terkesan sepele, namun pendidikan cinta damai inilah yang akan dikenang mereka. Berikanlah kenangan yang penuh kedamain pada diri anak-anak kita. Salam.

Tentang lelafik

sedang belajar bisnis online
Pos ini dipublikasikan di Uncategorized. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar